Posted by didik s fregiant maret 2012
Dialah simbol dari
hikmah ketekunan, kegigihan, dan kesabaran dalam mengarungi rumitnya
hidup di awal abad 19. Pada suatu kesempatan dia pernah berpesan,
“Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain terbuka; tetapi
kerap kali kita menatap begitu lama pada pintu yang tertutup sehingga
kita tidak melihat pintu yang lain telah terbuka untuk kita.”
Setiap
orang lahir bersama kekurangan dan kelemahan. Namun jika kekurangan itu
dalam bentuk fisik maka dibutuhkan perjuangan khusus untuk menembus
dimensi keterbatasan. Dan tak banyak orang yang mampu melewati ujian
itu.
Dalam QS Al Baqarah 216 sudah nyata apa yang dikehendai Allah untuk setiap makhluk-Nya, “Wa
‘asaa an takrahuu syai-aw wa huwa khairul lakum wa ‘asaa an tu hibbuu
syai-aw wa huwa syarrul lakum ” – Boleh jadi kamu membenci sesuatu
padahal ia lebih baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu
padahal ia buruk bagimu.”
Adalah Helen Keller, seperti yang pembaca ketahui, ia dilahirkan 131 tahun yang lalu di Tuscumbia-sebuah kota kecil di barat laut Alabama. Dalam usia 2 tahun ia telah terserang sebuah penyakit yang membuatnya buta-tuli-bisu. Kecacatan fisiknya mampu menembus keterbatasan fungsi fisiknya, berkat usaha keras dan dukungan dari lingkungannya.
Dalam
usianya yang masih 20 tahun, Helen berhasil membuat dunia tercengang
dengan prestasinya yang luar biasa. Dia menjadi gadis buta-tuli-bisu
pertama yang diterima di Radcliffe College-sebuah perguruan tinggi
khusus untuk perempuan di lingkungan Universitas Harvard, dan
menerbitkan buku pertamanya yang sedang saya ulas ini berjudul the Story of My life (rating penjualannya melebihi The Da Vinci Code dan Harry Potter yang fenomenal itu lho).
Berselang sehari setelah ulang tahunnya yang ke-24, Helen berhasil meraih gelar diploma,
sesuatu yang belum pernah diterima orang lain seperti dirinya kala
itu. Menginjak 30 tahun, Helen mulai belajar olah vokal untuk
memperkuat urat vokalnya agar suaranya bisa didengarkan dalam ruangan
kuliah. Hasilnya sungguh menakjubkan karena pada tanggal 13 Februari 1913 Hellen menyampaikan pidato pertamanya di depan publik di Montchair, New Jersey, dan dari sanalah karirnya sebagai pembicara publik selama berpuluh-puluh tahun kemudian bermula.
Betatapun, segala pencapaian Helen kala itu, bukan semata karena usaha sepihak darinya, terutama dari
Sang guru sejatinya Anne Sullivan. Helen selalu menegaskan betapa
pentingnya peran sang guru dalam perjalanan hidupnya, dan dia sangat
bersyukur akan hal itu.
Helen
seharusnya menjadi cermin untuk pemimpin bangsa kita saat ini,
bagaimana semestinya memperlakukan manusia. Tidak melakukan diskriminasi
bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik, terutama dalam pemenuhan
kebutuhan lapangan pekerjaan. Semoga apa yang telah diperjuangkan Helen
senantiasa menjadi inspirasi dan terus digemakan sepanjang masa.
“Yang terbaik dan terindah dalam hidup ini tak bisa dilihat atau diraba, tetapi harus dirasakan dengan hati
Manakala kita berusaha sebaik yang kita bisa, kita tak pernah menduga keajaiban apa yang akan terjadi dalam hidup” (Helen Keller)
Manakala kita berusaha sebaik yang kita bisa, kita tak pernah menduga keajaiban apa yang akan terjadi dalam hidup” (Helen Keller)
Dan
semoga kita yang diberikan kesempurnaan oleh Allah menjadi manusia yang
tidak mudah putus asa dan semakin memperkuat iman agar menjadi
hamba-hamba yang bertaqwa. Amin
“…Allah
memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa
yang diberi hikmah, maka sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan
tidak ada yang dapat mengambil pelajaran melainkan orang – orang yang
berakal.” (Al Baqarah 269)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar